Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1437 H

Jumat, 01 November 2013

HARTA - TAHTA - WANITA ( Pemulia sekaligus Penista )

Bagai disambar petir disiang bolong kala mendapatkan Link berita melalui BBM, dan serasa gemetar seluruh badan merinding bulu tangan tengkuk dan bulu2 lainnya begitu kubaca pelan-pelan berita dalam link tersebut. Institusi tercinta tempatku mengabdi selama ini diguncang badai, salah seorang pejabat ditangkap bareskrim karena dugaan menerima suap, mencuci uang, korupsi dan gratifikasi. Terkejut, sedih, geram bercampur marah menyikapi berita itu betapa slogan dan jargon yang dikumandangkan didengungkan bahkan diagung2kan tentang reformasi birokrasi, perangi korupsi tolak gratifikasi terkesan sebatas jargon.

Teringat sehari sebelum berita tersebut meledak, yuniorku yang mendapatkan tugas jadi pemateri pada program pembinaan pegawai di kantor kebetulan akan membawakan materi NO TIPING atau tolak pemberian atas pelayanan yang telah diberikan sebagai abdi negara. Dia sempat gundah dan ragu untuk menyampaikan tema itu, “apakah kawan-kawan tidak apriori dan memandang sebelah mata dengan materi tersebut pak, karena bukankah masih banyak praktek-praktek yang menerima pemberian setelah memberikan pelayanan yang notabene itu adalah kewajiban pegawai” begitu katanya ragu. Aku jelaskan kenapa kamu ragu apakah kamu pernah melakukan itu jika ya pun itu jadikan masalalu dan jangan pernah ragu untuk mengajak berbuat kebaikan. Melalui diskusi panjang akhirnya iapun mantab untuk menyampaikan materi NO TIPING keesokan harinya.

Tanpa bermaksud menghakimi berita tersebut aku jadi ingat beberapa kata-kata bagus yang pernah kubaca dan kudengar bahwa sungguh HARTA, TAHTA dan WANITA adalah godaan dunia yang nyata. Pemulia sekaligus Penista.

Godaan bernama TAHTA, seringkali kudengar dan kubaca ketika seseorang baru diangkat dalam sebuah jabatan ia selalu mengucapkan dalam sambutannya bahwa jabatan ini adalah amanah. Tapi manakala amanah tersebut diminta kembali oleh pemberi amanah yang notabene adalah atasannya maka sang pejabat akan berdaya upaya untuk mempertahankan jabatan alias amanah yang sudah didapatnya.
Aku pernah membaca hadits terkait dengan amanah begini  “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut. ” (Shahih, HR. Muslim no. 1825) dan “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang di percayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. ( Al-Anfal/8/27 ).
Sungguh jelas tersirat dalam kedua hadits tersebut betapa jabatan itu amanah dan jika tidak bisa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh hanya akan berbuah kehinaan dan penyesalan. Bagaimana cara melaksanakan amanah dengan sungguh-sungguh ? secara sederhana atau mudahnya adalah menjalankan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak mengambil hak orang lain dengan mengatasnamakan jabatan atau amanahnya tersebut.
Tentu dengan sangat mudah kita bisa melihat bahkan bisa jadi malah menjadi tidak mudah untuk melihat dan membedakan mana pejabat atau pemimpin yang sedang menjalankan amanahnya dengan sungguh sungguh di negeri tercinta ini.
Betapa sering kita dengar dan kita lihat melalui berita TV dam Koran yang katanya pejabat yang ngakunya pemimpin berbuat tidak selayaknya pejabat atau pemimpin. Sewenang-wenang menggunakan kewenangannya dan menimbun harta dengan kekuasaannya.

Selanjutnya godaan yang bernama WANITA, “Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum pria selain wanita” demikian sabda Nabi Muhamad dalam satu hadits. Banyak kisah di jaman rasulullah s.a.w tentang pria yang karena wanita menjadi terjerumus pada kesesatan.
Demikian pula di jaman modern ini, masih segar dalam ingatan kita kasus pembunuhan dua wanita cantik yang ternyata melibatkan pejabat di negeri kita. Sungguh jika seorang pria yang tidak bisa menahan dan mengendalikan nafsu dan keinginan wanita yang dicintainya bisa menjerumuskannya pada kesesatan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tak sedikit karena rasa sayang dan cinta yang berlebihan kepada seorang wanita apakah itu isterinya, pacarnya atau simpanannya seorang pria menyimpang dari ketentuan, menyalahgunakan wewenang, mengingkari kepercayaan rakyat bisa dalam bentuk korupsi, pemanfaatan jabatan atau keuangan negara untuk keperluan diri sendiri atau bentuk-bentuk lainnya. Dan godaan bernama wanita itu bisa merasuki pria apa saja baik pria biasa-bias, pemangku jabatan tinggi sedang bahkan yang biasa saja. Jadi waspadalah jika kedudukan, posisi dan kemuliaan pria tak ingin ternoda.

Godaan terakhir bernama HARTA, Rasulullah Saw. Bersabda: “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, pasti ia akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan penuh tenggorokan anak Adam kecuali diisi dengan tanah..” (HR. al Bukhari),, ternyata memang sudah digariskan bahwa manusia mempunyai sifat yang kurang terhadap harta. Lalu SALAHKAH jika kita mencari memperbanyak harta ??? tidak juga, yang salah adalah jika cara-cara mencarinya dan cara memandang kita terhadap harta yang seolah segalanya itulah yang bisa dipersalahkan. Jika cara memperoleh harta dengan cara yang benar dengan kebajikan dan dalam jumlah yang wajar sesuai kebutuhan itulah yang bisa dikatakan benar.
 Ada slogan antik “Money can buy something, but can’t buy everything” tetapi “No money is nothing alias genting” sampe sampe waktu dipersamakan dengan uang saking pentingnya uang bagi kehidupan manusia. Upaya memenuhi kebutuhan akan harta kada dilakukan dengan sangat serius, harus bekerja keras membanting tulang memeras keringat bahkan mengelap sepatu mulai dari pagi, petang hingga larut malam.
Tidak jarang demi menuturuti ambisi dan gengsi karena harta, rela berbuat curang tidak segan menyalahgunakan kekuasaan bahkan tidak malu makan atau menjatuhkan teman,,jalan atau cara mencari harta seperti inilah yang bisa dikategorikan salah alias tidak benar dan hasilnya bukan kemuliaan yang didapat melainkan kehinaan dan kenistaan.
Jadiii, harta perlu juga diwaspadai sebagai salah satu penggoda kita “Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada kalian.” (Hadits riwayat Muslim) demikian yang sebaiknya.

Nah benar kan jika HARTA, TAHTA dan WANITA itu adalah godaan, terus bagaimana cara menangkal godaan ? menurutku sih yang paling utama adalah selalu ingat Allah dan bersyukur atas nikmat yang sudah kita terima bukan malah sombong atau tamak atas apa yang kita terima sebagaimana dikhawatirkan oleh Allah "Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni'mat dari Kami ia berkata:"Sesungguhnya aku diberi ni'mat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui". {Az-Zumar:49}.
Terus bagaimana cara bersyukur, yang sederhana menurutku adalah menggunakan HARTA untuk kemanfaatan sesama dan membelanjakan di jalan Allah bisa dengan sedekah, infak, sedekah dan cara lainnya. Menjalankan amanah berupa TAHTA atau jabatan dengan sesungguhnya sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan. Dan memandang WANITA sebagai mahluk yang perlu dijaga dan dilindungi seWAJARnya. ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS 14: 7).

SEMOGA dan SEMOGA … kejadian di atas bisa menjadi perenungan, tauladan dan pengingat agar menjaga diri, harga diri martabat dan institusi dari hal-hal yang menistakan. Buat Institusiku tercinta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tidak ada yang sempurna, prestasi yang pernah diraih, sumbangsih kepada negara dan pengorbanan yang telah dilakukan – yang sangat mungkin tidak diiingat setiap orang – jangan terlunturkan oleh perbuatan segelintir oknum yang menodai institusi. Teruskan perjuangan mengabdi pada negeri.

CMIIW, teriring do’a “Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin” (Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit(lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar