Sahabat tentu sudah pernah mendengar atau membaca kisah
inspiratif tentang seekor gajah yang kakinya diikat dengan rantai. Berkali2 ia
mencoba melarikan diri tapi gagal, hingga ketika rantai yang mengikat talinya
diganti dengan tali plastik ia menjadi enggan untuk melarikan diri karena sudah
yakin pasti gagal. Kisah lainnya tentang seekor belalang yang baru lepas dari
kotak yang selama ini mengurungnya, lompatannya kalah tinggi dibanding dengan
temannya belalang yang hidup di alam bebas. Demikian pula seekor katak yang
dilepaskan dari tempurung yang telah lama membelenggunya, lompatannya tak lebih
tinggi dari batas atas tempurung yg pernah membelenggunya. Ada apa dengan si
gajah, belalang dan katak...yaa mereka terbelenggu oleh pikirannya sendiri
terbatasi keinginannya. Menganggap bahwa mereka sudah tak mampu lagi sehingga
tak mau berusaha lebih keras lagi.
Sahabat mari kita baca betapa banyaknya banyak orang-orang
hebat, pemimpin2 besar yang tetap berkreasi tetap menghasilkan karya dan
tulisan hebat ketika dirinya sedang dalam penjara dalam pengawasan tirani.
Fisiknya boleh terpenjara tetapi jiwa dan pikirannya tetap mengembara bebas
lepas. Sementara itu, banyak orang yang tidak dipenjara, bebas, tetapi
memenjarakan pikirannya sendiri. Dipenjara oleh keyakinannya, dikekang oleh
kemauannya, meragukan kemampuannya dengan mengumbar pikiran dan kata2 “Tidak
Bisa”, “Tidak Sanggup”, “Tidak Mungkin”, “Tidak Mau” dan tidak tidak yang
lainnya.
Sahabat, Tuhan tak akan menciptakan
sesuatu yang tak berguna, termasuk menciptakan manusia. Kita diciptakan dengan
dibekali akal pikiran dan fisik serta berbagai kemampuan dan potensi untuk
dikembangkan secara positif dan semaksimal mungkin. Jadi, jangan membiarkan
apapun, kondisi bagaimanapun yang menghambat mengekang dan mememenjara kemauan
dan kemampuan kita untuk berkembang. Mulai niatkan yang positif tinggalkan yang
negatif, memikirkan keberhasilan daripada kegagalan.
So...hayooo semangat kita putuskan rantai gajah, berusaha
meloncat dan melompat lebih tinggi. Belajar dari segala kegagalan yang pernah
kita alami, mencontoh dan menyerap segala kejadian dari lingkungan yang
positif, menggunakan kesempatan sebagai sesuatu yang bermakna. Hidup diawali
dengan B (Birth) dan berakhir dengan D (Dead) dan diantaranya ada C (Choices).
Kita bisa memilih jalan hidup yang akan kita lalui, boleh saja bermalas2an diam
di rumah, menyiapkan kambing hitam dan beribu alasan untuk tidak aktif dalam
berbagai kegiatan, menyalahkan kondisi menimpakan salah pada orang lain, pesimis,
pasrah dan mengharapkan keajaiban datang, atau kita memilih untuk aktif dalam
kegiatan, selalu mencari alternatif baru, kreatif dan selalu berusaha mencari
solusi atas setiap masalah yang kita hadapi. Selalu ingin berprestasi dan menjadi
serta memberi yang terbaik atas setiap pekerjaan yang kita tekuni.
Kita patut mensyukuri apa yang telah diberikan dan kita
terima dari Sang Pencipta. Bersyukur bukan berarti menerima dengan “CUKUP”
tetapi bersyukur dengan menjaga dan mengembangkan ke hal-hal yang lebih baik
dan lebih bermakna bagi sesama.
Teruntuk bangsaku yang dipusingkan
dengan kenaikan BBM, carut marutnya pemerintahan. Buat kawan-kawan Bea Cukai
yang “harus” menggunakan 4 (empat) jenis seragam pakaian kerja dalam seminggu,
untuk mereka kawan-kawan yang dimutasikan, dipromosikan ke tempat yang tidak
diinginkan...tetap semangat, terus bertahan sesuai kemampuan. Meyakini hal “tidak
mengenakkan” adalah ujian dari Sang Pencipta akan lebih baik daripada
menganggapnya sebagai “hukuman atau musibah”
“
Hidup tak selalu sesuai keinginan, kadangkala kita dihadapkan pada situasi yang
tidak kita inginkan dan kita harus tetap bertahan “ yakinlah bahwa Sang
Pencipta tak akan memberikan cobaan yang
melebihi kemampuan ciptaanNYA.
Sumber
: Titik Nol Radio Suara Surabaya dan berbagai artikel inspiratif motifatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar